
Hidup Sari berubah dalam semalam—bukan karena keberuntungan semata, tapi karena tekad dan harapan yang tak pernah padam.
Sari, seorang ibu dua anak yang tinggal di pinggiran kota kecil di Jawa Tengah, pernah merasakan pahitnya hidup dari segala sisi. Suaminya meninggal karena kecelakaan kerja saat anak bungsunya masih berusia dua tahun. Sejak saat itu, Sari berjuang seorang diri. Ia menjahit, menjadi buruh cuci, bahkan rela tidak makan asal anak-anaknya bisa sekolah.
Namun, keadaan tak kunjung membaik. Utang menumpuk, rumah hampir disita, dan satu-satunya sepeda motor keluarga pun terpaksa dijual.
Di tengah keputusasaan itu, Sari mengenal dunia game slot online dari seorang tetangganya. Awalnya ia ragu. Dunia judi bukanlah tempat yang ia bayangkan akan membawanya keluar dari krisis. Tapi setelah melihat bagaimana tetangganya mengelola modal kecil menjadi penghasilan rutin, ia memberanikan diri mencoba—dengan niat bukan untuk kaya mendadak, tapi untuk bertahan.
Modal pertamanya hanya Rp20.000. Ia bermain dengan hati-hati, mempelajari pola permainan, waktu bermain yang tepat, dan game mana yang paling stabil. Bukan semata soal keberuntungan, Sari memperlakukan slot seperti pekerjaan serius. Ia tak bermain secara emosional. Setiap rupiah yang keluar, ia catat. Ia pun menetapkan target harian dan langsung berhenti jika sudah tercapai.
Bulan pertama, ia bisa menutupi kebutuhan harian dan sedikit menyisihkan untuk utang. Bulan kedua, ia membayar tunggakan listrik dan mulai mencicil sewa rumah. Dalam waktu enam bulan, ia sudah bisa membeli ponsel bekas untuk anak sulungnya belajar daring, dan bahkan sesekali menyisihkan untuk sedekah.
Kini, dua tahun telah berlalu. Sari tidak lagi bergantung pada satu sumber penghasilan. Ia membuka kanal edukasi kecil di media sosial, membagikan tips bermain secara bijak, dan memperingatkan tentang bahaya kecanduan. Ia juga memulai bisnis makanan kecil dari hasil tabungannya.
Baginya, slot bukan penyelamat, tapi jembatan. Yang menyelamatkan hidupnya adalah keberanian untuk mencoba dan kedisiplinan untuk bertahan.
“Banyak orang mengira saya menang karena hoki. Padahal yang saya bawa hanya air mata, doa, dan kemauan belajar,” ujar Sari dengan mata berkaca-kaca.