
Siapa sangka, seorang anak SD di sebuah kota kecil di Indonesia berhasil membelikan orang tuanya handphone baru dari hasil uang jajannya sendiri. Bukan karena ia jualan atau jadi YouTuber cilik, melainkan karena ia rajin menabung… dan diam-diam bermain slot online!
Awalnya Hanya Ingin Menabung
Faris (nama samaran), 12 tahun, awalnya hanya ingin membeli mainan impiannya. Setiap hari, ia sisihkan seribu hingga dua ribu rupiah dari uang jajannya. Dalam waktu tiga bulan, tabungannya sudah lumayan—cukup untuk membeli action figure kesukaannya.
Namun suatu hari, ia melihat kakaknya bermain game slot online di HP. Awalnya Faris hanya menonton, tapi lama-kelamaan ia penasaran dan mencoba sendiri menggunakan saldo kecil yang ia isi dari tabungan.
Menang Kecil, Lama-Lama Jadi Besar
Faris tidak langsung menang besar. Ia main sedikit demi sedikit. Kadang rugi, kadang untung. Tapi karena ia hanya pakai uang dari tabungannya sendiri dan tidak pernah meminjam atau mencuri, ia merasa itu tidak salah.
Dalam waktu sebulan, saldo yang ia kumpulkan dari beberapa kemenangan kecil akhirnya cukup banyak. Ia tidak tergoda untuk beli mainan atau jajan mahal. Sebaliknya, ia punya ide: membelikan HP baru untuk ayahnya yang ponselnya sudah lama rusak.
Reaksi Orang Tua yang Mengharukan
Ketika Faris memberikan kotak HP baru kepada ayahnya, semua terdiam. Ibunya bahkan sempat meneteskan air mata. “Dari mana kamu dapat uang?” tanya ayahnya heran.
Faris jujur. Ia cerita bahwa ia menabung dari uang jajan dan mencoba bermain slot kecil-kecilan. Ayah dan ibunya marah—bukan karena HP-nya, tapi karena mereka takut anaknya terjerumus ke dunia yang salah. Namun setelah menenangkan diri, mereka mengakui: niat anak mereka tulus, dan caranya—meski kurang tepat—berangkat dari keinginan membahagiakan orang tua.
Pelajaran yang Bisa Dipetik
Kisah Faris bukan untuk ditiru, tapi untuk direnungkan. Di satu sisi, ia membuktikan bahwa anak kecil pun bisa punya inisiatif dan niat baik yang luar biasa. Tapi di sisi lain, dunia slot dan judi bukanlah tempat untuk anak-anak. Sekali salah langkah, bisa jadi bumerang.
Orang tua perlu lebih peka dan terbuka pada dunia digital anak-anak mereka. Jangan sampai niat baik mereka justru membawa risiko yang tidak diinginkan.